Wednesday, October 6, 2010

Slideshow

Corporate Management Training

Friday, October 1, 2010

Jangan Jadi Superman

Di dunia kerja yang super kompetitif seperti sekarang ini, masih banyak pemimpin yang merasa dia mampu mengerjakan semuanya, dari A sampai Z. Mereka ingin semua pekerjaan harus melalui dirinya sebelum boleh dieksekusi. Mereka merasa kalau ada pekerjaan yang tidak ‘lewat’ dia dan dieksekusi, pasti hasilnya tidak sempurna, pasti ada yang salah. Dan,...siap-siap untuk si yang berani mengeksekusi tanpa meminta pendapat atau approval-nya, akan kena teguran; siap-siap kena marah.

Apa yang saya tuliskan ini terjadi di banyak perusahaan. Bekerja di perusahaan yang seperti ini tidak memberikan rasa kerja yang nyaman. Biasanya, karyawan akan bertahan kerja di sana hanya karena (1) dia suka dengan brand yang dia kerjakan, atau karena (2) dia belum mendapatkan kesempatan lain, dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja karena harus menghidupi dirinya dan keluarganya.

Nah, karena mereka bekerja tidak dengan sepenuh hati, maka sudah dapat dipastikan kalau perusahaannya memiliki ‘rapor merah’ alias tidak perform. Kalaupun perusahaannya mampu membukukan keuntungan, hasilnya pasti tidak maksimal; karena bagaimanapun juga, perusahaan yang dikelola oleh karyawan-karyawan yang memiliki totalitas terhadap perusahaan akan selalu lebih baik kinerja dan hasilnya jika dibandingkan dengan perusahaan yang ditempati oleh orang-orang yang hanya kerja untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya.

Lalu, apa hubungan judul artikel ini “Jangan Jadi SUPERMAN” dengan apa yang telah saya kemukakan di atas? Jelas, si Boss yang merasa dirinya mampu mengerjakan semuanya merasa dirinya adalah Superman. Dia tidak sadar bahwa sesungguhnya, di dunia kerja yang nyata ini, tidak ada Superman...karena Superman hanya ada di komik (dan film)!

Ingat, Boss yang seperti ini bisa memiliki pemikiran dan berlaku seperti ini pasti ada sebabnya. Biasanya, karena untuk sekian lama karyawan-karyawannya tidak mampu untuk bekerja sesuai dengan ekspektasinya si Boss. Berulang kali dikasih tahu harus begini, harus begitu, hasilnya masih saja tidak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh si Boss. Singkatnya, si Boss belum memiliki kepercayaan yang cukup untuk melepaskan tanggng jawab kepada karyawan-karyawannya. Tapi pertanyaannya, “Mau sampai kapan?”

Di dalam dunia kerja, ini yang seringkali disebut micro-managing. Perlu saya tekankan bahwa menjadi orang yang detail oriented itu bagus. Di buku “Young On Top”, saya bilang bahwa adalah pemikiran yang salah apabila seseorang berpikir, “Semakin tinggi posisi yang dia jabat, semakin tidak perlu untuk berorientasi terhadap hal-hal yang detail”. Tapi, kita harus tahu bahwa orang yang berorientasi terhadap detail sangat berbeda dengan orang yang micro-managing.

Perbedaannya kira-kira demikian: Orang yang detail oriented adalah orang yang mengetahui ‘seluruh’ detail yang ada, namun dia tidak mengerjakan, mengontrol pengeksekusiannya ‘setiap detik’ dari A sampai Z seperti yang biasanya dilakukan oleh orang yang micro-managing.

Mereka yang merasa ‘Superman di dunia kerja’ cenderung adalah orang yang perfectionist. Dulu orang bangga apabila dirinya perfectionist karena dengan kata lain, mereka akan selalu melakukan segala sesuatunya se-‘perfect’ mungkin. Padahal, karakter ini adalah karakter yang negatif, bukan karakter positif yang bisa membawa seseorang menjadi sukses. Bagaimana tidak? Orang yang mau semuanya sempurna pasti akan stress kerjanya. Kenapa? Karena tidak ada satupun di dunia ini yang sempurna. Saya setuju apabila setiap orang harus bermimpi dan berpikir besar, tapi kita juga harus memiliki toleransi untuk pencapaian yang tidak maksimal. Bukan berarti kalau hasilnya tidak maksimal “It’s OK”, tapi juga bukan berarti ketika tidak tercapai 100%, lalu marah-marah, menegur, pointing fingers ke karyawan!

Kalau selama ini kamu adalah ‘Superman di dunia kerja’, cobalah untuk belajar yang namanya empowerment,...delegation. Mau sampai kapan kamu kerja dengan stress? Biasanya, 24 jam per hari rasanya tidak cukup untuk para ‘Superman’. Mau sampai kapan kamu ‘nyuapin’ timmu setiap hari?

Daripada jadi Superman, tokoh komik yang sesungguhnya tidak hebat kalau adanya di dunia kerja yang nyata ini, lebih baik jadi seorang Coach. Kenapa? Karena kerjaan seorang coach tidak lain adalah memberikan pelatihan agar timnya bisa menjadi lebih baik. Ketika timnya sudah sedikit lebih baik, dia akan berikan kepercayaan agar timnya berlatih lebih banyak lagi dengan ‘melepasnya’. Biarkan dirinya sebagai seorang coach untuk berani memberikan kesempatan untuk timnya melakukan kesalahan-kesalahan dari waktu ke waktu. Dia cukup memantaunya dari ‘pinggir lapangan’ dengan sekali-kali memberikan masukan ke timnya yang ada di dalam lapangan. Dan,...dia tidak perlu (tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada) lari ke dalam lapangan untuk menggolkan ke gawang lawan!

Sumber :http://kickandy.com

Labels: , ,

Beginilah Seharusnya Jadi Pemimpin

Apapun kedudukan, jabatan dan peringkatnya, seorang pemimpin tetap dibebani amanah dan berbagai tanggung jawab. Beban ini bukan suatu kemegahan dan kebanggaan. Sebab pemimpin di gelanggang Amal sebuah lembaga/Organisasi Islami terlebih negara maka mempunyai tanggung jawab yang lebih berat karena ia bergerak dalam gelanggang yang sangat luas dan penting. Manusia diciptakan di bumi sebagai pemimpin untuk memimpin segenap hamba Allah kepada dien yang diridhoi-Nya. Inilah yang dapat melahirkan sesuatu yang sangat penting di dunia dan akherat.

Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap pemimpin tentang kepemimpinannya dan semua akan di nilai (terhisab). Semakin bertambah orang yang akan dipimpinnya, semakin bertambah pula beban yang di pikulnya, dan setiap bertambah keluasan medan dan gelanggang geraknya, semakin bertambah pula amanah yang berada di pundaknya.
Dalam hadist berikut, Rasululloh saw menjelaskan tentang amanah dan tanggung jawab bagi seorang pemimpin :
Ibnu Umar Ra. berkata, Rasululloh saw bersabda : “Tiap tiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawaban tentang orang yang dipimpinnya”..(Muttafaq’alaih)

Di masa kekahalifahn Umar bin Khathab r.a, semenanjung Arab dan kaum Muslimin pernah mendapatkan dua bencana sekaligus. Dua bencana itu meluluhlantakan kebun dan ladang, bahkan menelan korban dari kalangan manusia terbaik kaum muslimin; laki-laki,perempuan, termasuk para tentara. Yakni ketika hujan tidak turun selama sembilan bulan, yang di barengi dengan letusan gunung berapi yang mengeluarkan laharnya, hingga bumi yang di laluinya terbakar. Beghitu berat bencana itu, hingga tahun itu di kenal dengan “tahun bencana”.

Umar r.a. lalu mengutus para pegawainya di Irak dan Syam, untuk mendatangkan penduduk terbaiknya dalam rangka memberi bantuan di wilayah semenanjung. Ia menulis surat kepada Amr bin Ash di Palestina: “Assalamu’alaikum, Adakah engkau melihatku dan orang-orang yang bersamaku hancur, sedangkan engkau bersama orang-orang yang bersamamu hidup tenang. Karenanya tolonglah,tolonglah !!

Tidak lama berselang, bantuan gandum dan minyak berdatangan dari berbagai penjuru, Umar r.a. ikut terjun memberi bantuan makanan kepada orang-orang di Madinah, sementara para utusan terpencar di berbagai pelosok di semenanjung itu, untuk meringankan penderitaan mereka. Ketika menangani persoalan ini, Umar bin Khathab sempat bersumpah untuk tidak menyantap daging dan mentega sehingga orang-orang selamat dari musibah. Ia dalam keadaan demikian hingga datanglah hujan dan musibahpun berlalu. Ia ketika itu berkata, “Bagaimana mungkin saya dapat menangani urusan rakyat jika saya tidak pernah merasakan apa yang mereka rasakan.”

Demikianlah sosok seorang pemimpin yang penuh dengan tanggung jawab terhadap rakyat yang di pimpinnya. Bahwa kesejahteraan, keselamatan dan keamanan orang yang di pimpinnya merupakan tanggung jawab yang bukan hanya di emban di dunia, namun sadar akan di pertanggung jawabkan di akherat kelak di hadapan Allah SWT.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan dan petunjukNya kepada para pemimpin atau kita saat mengemban amanah menjadi seorang pemimpin bagi diri, keluarga atau orang lain dalam kehidupan di dunia.

Abu ya’la Mak’al bin yasar ra. berkata, “Aku telah mendengar Rasululloh saw bersabda : “Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah menghianati rakyatnya, maka Allah akan mengharamkan surga kepadanya”.(Muttafaq’alaih)

Labels: , , , , , ,